Siasat.ID – KAMI tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya. Tidak tahu nama apa lagi alamat terlebih pasangan masing-masing. Kami sama-sama misterius karena belum ada wadah yang membuat kami bisa bersahabat baik seperti sekarang ini. Seolah ada ruang pemisah antara saya dan keduanya.
Sebut saja namanya Arasistawa dan Tedy. Mereka tinggal satu desa tapi memiliki hoby yang berbeda. Jika Ara demikian sapaan untuk Arasistawa memiliki hobi mencari ikan di sepanjang sungai di kampung. Namun beda halnya dengan Tedy yang memiliki kegemaran menjadi welder atau las besi dalam banyak proyek.
Selain perbedaan di atas, mereka juga memiliki pilihan hidup yang membedakan keduanya. Jika Ara dalam bulan ini akan segera mengakhiri masa lajangnya, sementara Tedy masih setia dengan status jomblonya. Mereka juga tidak serupa apa lagi sama walau sama-sama tinggal di kampung yang sama.
Di atas perbedaan yang ada, mereka adalah tipe anak muda pekerja keras. Mereka bukan anak muda yang berpangku tangan apa lagi yang suka ongkang-ongkang kaki. Keduanya memiliki visi hidup yang jelas dengan tidak mau membuang waktu untuk di habiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Jika sebagian anak muda seusianya lebih senang berfoya-foya lalu marah-marah kepada orang tuanya jika keinginannya tidak di kabulkan, beda halnya dengan Ara dan Tedy.
Kenapa saya tahu? Karena saya tahu mereka setelah kami sama-sama bekerja di perusahaan yang sama. Kami di satukan dalam semangat untuk menopang ekonomi keluarga. Menjadi karyawan pada perusahaan lokal ternama. Interaksi setiap hari membuat kami semakin akrab.
Secara umur, saya memang lebih tua dibanding keduanya. Sementara pengalaman keduanya adalah guru buat saya, terlebih Tedy yang selalu merendah kala di puji, sedangkan memiliki pengalaman segudang pada pekerjaan yang di kerjakannya saat ini. Tedy tidak suka di puji, tapi kepribadiannya sangat di sukai oleh teman-temannya. Dia tidak pelit ilmu maupun pengalaman.
“Pengalaman itu harus dibagi” katanya suatu hari, Minggu, 29 Agustus 2022.
Mendengar itu saya merasa terenyuh. Sebab tidak banyak orang di luar sana yang ikhlas berbagi pengalaman dengan berbagai alasan. Mulai dari khawatir di saingi hingga takut jobnya di tikung sama orang lain. Tapi bagi Tedy semua rezeki ada yang mengaturnya. Apa lagi pengalaman yang di dapatnya adalah titipan tuhan yang maha kuasa.
Bahkan menurutnya, semakin di bagikan ke orang lain, maka pengalaman akan bertambah dan mendapatkan keberkahan dari pemilik semesta. Karena sesuatu yang dibagikan akan berpulang pada orangnya dengan lebih banyak lagi. Karena sesungguhnya esensi dari membagi bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri.
Saya tidak bisa membayangkan pemikiran seperti itu ada pada seorang anak muda seperti Tedy. Bisa saja umurnya masih 20-an tahun, tapi cara pandangnya tentang makna kehidupan sangatlah luar biasa. Mungkin itulah alasan kenapa saya merasa nyaman kala bersantai dengannya di sela-sela pekerjaan. Kami sering berdiskusi sambil bergurau ketika pekerjaan sedang tidak sibuk-sibuknya. Karena memang kedewasaan seseorang bukan saja di ukur dari umurnya saja, tapi yang tidak kalah penting adalah dari karakter dan tutur katanya pada orang lain.
Hal lain yang membuat saya takjub pada Tedy dia masuk pada golongan anak ‘mama’. Tedy anak yang sangat sopan pada ibunya. Dia patuh pada apa yang di sampaikan oleh mamanya. Anak yang berbakti dan sangat sayang pada keluargannya. Karena itu setiap keluar rumah, ibunya selalu memberi nasehat serta akan memastikan dengan siapa dia bergaul dan berkawan.
Dan saat ini Tedy sedang mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membahagiakan orang tuannya, sembari membangun rumah untuk persiapan masa depannya. Uang dari gajinya bekerja tidak dihamburkannya pada hal-hal yang tidak memberi manfaat pada kehidupannya. Baginya kehidupan ini hanya satu kali maka buatlah dia berarti.
Sementara itu, lain hal dengan Ara. Ara sendiri akan segera menikah dengan gadis pujaannya. Seorang gadis yang lama di pacarinya hingga memutuskan untuk bersama-sama bersanding di pelaminan nanti. Sebab jika tidak ada angin topang beliung menerjang, Tsunami menghempas dan petir menyambar, maka akhir bulan ini Ara berubah status menjadi seorang suami dari seorang perempuan pujaannya.
“Saya akan segera menikah bang bulan ini dan saya harap abang harus hadir di pernikahan saya nanti” ungkapnya beberapa minggu yang lalu kepada saya.
Mendengar itu saya ikut merasa bahagia. Sebagai sahabat, saya tentu mendoakan yang terbaik buat Ara. Karena jalan yang di pilihnya merupakan anjuran agama yang harus dipenuhi. Bahkan saya menaruh keyakinan Ara akan menjadi suami yang bertanggung jawab pada keluarganya.
Dia sama dengan Tedy dalam satu hal yakni pekerja keras dan memiliki visi hidup yang jelas. Mereka bukan anak muda sembarangan, tetapi memiliki cara pandang yang visoner tentang ke depan mereka harus berbuat seperti apa.
Kenapa saya tahu? Ya, karena saya bersahabat baik dengan keduanya. Anda jangan meragukan penilaian saya pada keduanya. Sebab saya mengenal mereka dengan cukup baik. Seburuk apa pun penilaian Anda terhadap keduanya, tidak akan merubah persepsi saya bahwa dua anak muda tersebut memiliki pribadi yang baik. Terlebih hingga saat ini dimana saya menulis tentang keduanya.
Anda masih belum percaya bahwa keduanya memang anak muda hebat? Sudahlah kalau Anda tidak percaya. Kalau begitu kita tidak perlu melanjutkan obrolan ini kalau Anda tidak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan kalau Anda masih tidak yakin pada apa yang saya utarakan dari tadi, saya sarankan Anda bertemanlah dengan Ara dan Tedy sebulan saja atau sekalian bawakan juga Bulan Sutena bertemu keduanya.
Saya yakin Anda akan terpesona. Mungkin dengan cara itu, Anda baru percaya. (Raden/Red)