Tambrauw, Siasat ID – Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tambrauw, Bung Agus Yekwam, secara tegas menolak masuknya Proyek Strategis Nasional (PSN) di wilayahnya. Penolakan ini didasarkan pada kekhawatiran bahwa PSN yang saat ini tengah digagas di Papua justru akan merusak alam dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat di Tambrauw.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan kepada awak media (30/7/2025), Bung Agus Yekwam mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak proyek-proyek besar tersebut yang dinilai hanya mementingkan kepentingan ekonomi tanpa memperhitungkan nasib masyarakat adat dan keberlanjutan ekosistem yang ada di sekitar mereka. Ia juga menegaskan bahwa analisis dampak lingkungan yang memadai kini sering kali diabaikan dalam pelaksanaan proyek-proyek strategis tersebut.
“Kami melihat bahwa PSN yang terus digalakkan tidak lagi memperhatikan aspek sosial dan budaya kami sebagai masyarakat adat. Proyek-proyek tersebut hanya akan menguras sumber daya alam tanpa memberikan manfaat nyata bagi generasi kami di masa depan. Alih-alih memperbaiki taraf hidup, mereka datang dengan tujuan serakah merusak hutan-hutan kami yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan kami,” ujar Sekretaris Tambrauw.
Sebagai langkah konkret, Ketua GMNI Tambrauw meminta kepada Bupati Kabupaten Tamberaw, untuk segera mengambil sikap dan menolak kehadiran PSN di wilayah tersebut. Ia menegaskan bahwa suara penolakan ini bukan hanya suara dirinya pribadi, tetapi juga suara dari seluruh masyarakat adat yang tinggal di wilayah tersebut.
“Kami berbicara atas nama masyarakat adat, yang dalam kehidupan sehari-harinya memegang teguh nilai-nilai adat dan keberlanjutan alam. Kami membangun hidup kami berdasarkan adat dan kebiasaan yang telah diwariskan turun-temurun, bukan dengan cara mengeksploitasi alam untuk keuntungan jangka pendek. Kami ingin agar anak cucu kami tetap dapat mengelola alam dengan cara yang bijaksana, bukan dengan merusak dan menghabiskan sumber daya alam yang ada,” tambahnya.
Sekretaris Tambrauw juga menyoroti pentingnya untuk menjaga keberlanjutan budaya dan kearifan lokal masyarakat Papua. Ia mengingatkan bahwa Papua bukan hanya soal potensi sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga tentang menjaga keberlanjutan ekosistem dan budaya yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
“Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal identitas budaya dan masa depan kami sebagai masyarakat adat. Kami ingin tetap hidup dengan cara kami sendiri, menjaga alam, dan menghargai nilai-nilai yang telah ada,” ungkapnya.
Penolakan terhadap proyek-proyek besar yang tidak mempertimbangkan dampak sosial dan budaya ini menjadi bagian dari gerakan yang semakin meluas di kalangan masyarakat adat Papua. Banyak pihak yang mulai meragukan apakah proyek-proyek strategis nasional benar-benar menguntungkan masyarakat lokal atau justru menambah beban bagi mereka.
Bupati Kabupaten Tambrauw hingga berita ini diterbitkan belum memberikan tanggapan resmi terkait permintaan tersebut. Namun, perhatian publik terhadap isu ini semakin besar, dengan banyak pihak yang berharap agar kebijakan pembangunan di Papua dapat lebih memperhatikan aspek keberlanjutan budaya dan ekosistem lokal. (Kafiar)