Oleh : Tegar KKWP
Di zaman ketika “cinta” mudah sekali diucapkan namun sulit dipertanggungjawabkan, kita perlu duduk sejenak dan berpikir ulang:
Apa sebenarnya cinta itu? Apakah ia hanya sekadar rasa nyaman, jantung berdebar, atau senyuman manis saat mendengar pesan suara dari ayang?
Atau apakah cinta sejati memiliki makna yang jauh lebih dalam dan menuntut kedewasaan dari dua insan yang memilih untuk tetap tinggal?
Cinta sejati bukanlah kebetulan. Ia bukan juga bunga yang tumbuh liar tanpa akar. Ia adalah pohon besar yang tumbuh dari benih komitmen, disiram oleh kejujuran, dan dijaga dengan pengorbanan. Cinta sejati tidak datang karena kita “jatuh”, tapi karena kita memilih untuk tetap berdiri bersama, sekalipun dunia berubah.
Seringkali cinta disamakan dengan rasa. Tapi rasa adalah hal yang mudah berubah tergantung suasana hati, musim hidup, dan keadaan. Jika cinta dibangun di atas rasa, maka begitu rasa itu redup, ikatan itu pun goyah. Maka, cinta sejati tidak cukup hanya dirasa..
ia harus disepakati, dipahami, dan dijaga.
Banyak orang mencari cinta, tapi lupa bahwa cinta tidak harus dicari. Dulu, banyak pernikahan yang dimulai dari perjodohan Tanpa embel-embel pacaran bertahun-tahun. Tapi justru cinta lahir dan tumbuh dari situ: karena mereka tahu bahwa cinta bukan tentang menemukan orang yang “cocok”, tapi tentang menjadi pribadi yang layak dicintai dan berkomitmen untuk mencintai.
Komitmen adalah kunci utama. Ketika dua orang memutuskan untuk saling menjaga, saling memahami dan saling menanggung konsekuensi dari cinta mereka, maka dari situlah cinta sejati benar-benar hidup. Cinta sejati bukan soal siapa yang buat kita bahagia, tapi siapa yang tetap tinggal dan berjuang ketika kebahagiaan terasa jauh.
Namun, ini bukan berarti cinta harus kaku, atau dingin tanpa rasa. Justru di dalam komitmen itulah muncul rasa yang paling tulus. Rasa tenang karena tahu kamu tidak akan ditinggalkan. Rasa hangat karena tahu bahwa kamu dipilih, bukan hanya disukai. Rasa aman karena tahu bahwa kalian berdua sedang membangun sesuatu yang lebih besar dari sekadar perasaan sesaat.
Kita perlu berhenti memandang cinta sebagai hal yang impulsif dan romantis belaka. Cinta tidak seharusnya di slewengkan dengan nafsu yang dibungkus kata-kata indah. Jika cinta hanyalah pembenaran untuk mengejar kesenangan sendiri, maka ia kehilangan nilai sakralnya.
Cinta yang sejati akan mengajak kita berpikir. Ia bukan candu yang memabukkan, tapi cahaya yang menuntun. Ia akan mengajarkan tanggung jawab, bukan sekadar keintiman. Ia akan menuntut kesetiaan, bukan hanya kesenangan. Dan ia akan menumbuhkan makna, bukan hanya momen.
Jadi, bagi kamu yang sedang mencintai atau sedang menanti cinta: tanyakan pada dirimu, apakah yang kau cari adalah rasa… atau komitmen?
Karena sejatinya, rasa bisa datang dan pergi. Tapi komitmen yang tulus itulah yang akan menjaga cinta tetap hidup, bahkan ketika semua rasa telah diuji oleh waktu… (っ˘ω˘ς )