Dompu, Siasat.Id – Cedo Oha (centong nasi) ini merupakan centong yang digunakan oleh masyarakat Bima – Dompu pada umumnya di masa lalu. Jadi sebelum masyarakat mengenal centong buatan pabrik seperti sekarang ini, maka centong inilah yang digunakan untuk mengambil nasi dalam roa (priuk).
Cedo ini terbuat dari batok kelapa yang kemudian dipasangkan kayu ditengahnya dengan pengait dari potongan kayu agar kuat dan tidak mudah copot. Batok kelapa ini dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Bahkan tidak semua orang bisa membuat Cedo ini dan dibutuhkan keahlian khusus dalam m
pembuatannya.
Bahkan konon, jika menggunakan Cedo ini, nasi akan memberi rasa yang berbeda ketimbang menggunakan centong plastik. Karena diyakini batok kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan Cedo ini mengandung aroma yang khas jika digunakan untuk menanak nasi.
Namun sayang, penggunaan Cedo ini sudah jarang lagi digunakan oleh masyarakat. Entah apa alasannya, belum ada riset ilmiah yang mengungkapkan kurangnya minat masyarakat menggunakan lagi Cedo yang terbuat dari batok kelapa ini. Yang sebenarnya, Cedo ini bisa bertahan lama, bahkan puluhan tahun lamanya.
Bukan saja sudah jarang digunakan lagi, bahkan sebagian orang sudah tidak mengingat kapan terakhir mereka menggunakan Cedo ini saat menanak nasi. Karena banjirnya barang buatan pabrik yang masuk ke desa-desa nampaknya memberi dampak yang begitu signifikan terhadap bergesernya penggunaan peralatan kehidupan yang dinilai tradisional kemudian beralih ke peralatan buatan pabrik.
Maemunah (60) satu di antara masyarakat Do Ompu wilayah Dompu selatan yang masih sesekali menggunakan Cedo ini dalam kesehariannya di dapur. Karena selain sebagai alat mengambil nasi di dalam priuk, Cedo ini pun juga bisa digunakan untuk mengambil kuah.
“Cedo ini sudah lama sejak orang tua saya dulu, dan sesekali masih saya gunakan walau di dapur juga sudah ada beberapa Cedo plastik” ungkpanya, Sabtu, (11/11/23).
Diakuinya, Cedo tradisional memiliki beragam bentuk, tergantung keahlian pembuatnya. Namun demikian tetap menggunakan bahan baku dari batok kelapa. Menurutnya, bertahan lama dan tidaknya tergantung cara penggunaan dan batok kelapanya.
“Kan ada batok kelapa yang kropos dan biasanya hanya beberapa tahun saja digunakan sangat cepat rusak dan kayunya pun sebagai gagangnya juga harus bagus” terangnya.
Pada masyarakat sekarang, lanjutnya, memang sudah jarang menggunakan Cedo seperti ini. Mereka lebih memilih dan membeli Cedo yang dijual orang di kios-kios atau ada mobil yang menjual segala peralatan rumah tangga yang sering masuk ke gang-gang kampung.
“Mungkin lebih praktis ya kalau menggunakan Cedo plastik dan tidak berat jika di bawa ke sawah atau ladang” tutupnya