• Latest
  • Trending
  • All
Monokultur Mematikan: Bima di Ambang Bencana Lingkungan

Monokultur Mematikan: Bima di Ambang Bencana Lingkungan

September 17, 2025
GMNI Mimika Desak Evaluasi Serius Makanan Bergizi Gratis, Menyusul Ratusan Kasus Keracunan di Berbagai Daerah

GMNI Mimika Desak Evaluasi Serius Makanan Bergizi Gratis, Menyusul Ratusan Kasus Keracunan di Berbagai Daerah

September 19, 2025
Warga Tiga Desa di Morowali Utara Sambut Baik Sosialisasi Pra-Produksi PT CMS

Warga Tiga Desa di Morowali Utara Sambut Baik Sosialisasi Pra-Produksi PT CMS

September 19, 2025

Wisuda Perdana Stembi Al-Aziziyah Randudongkal Pemalang Cetak SDM Berdampak Global

September 17, 2025
Musdus Dusun Pamulung Ditunda, Warga Pertanyakan Program Lama yang Belum Jelas

Musdus Dusun Pamulung Ditunda, Warga Pertanyakan Program Lama yang Belum Jelas

September 16, 2025

Bahas AI serta Implikasinya pada Ilmu Komunikasi dan Administrasi Bisnis, FISIP USB Hadirkan Pakar dari Eropa dan Asia

September 15, 2025

GMNI Mimika Apresiasi Terobosan Gubernur Papua Tengah Soal Kuliah Gratis

September 15, 2025
Wakil Ketua II DPRD Sumbawa Bapak Gitta Liesbano, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sumbawa, Apresiasi Kepedulian Hunter Morice untuk Sepak Bola Daerah

Wakil Ketua II DPRD Sumbawa Bapak Gitta Liesbano, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sumbawa, Apresiasi Kepedulian Hunter Morice untuk Sepak Bola Daerah

September 10, 2025
Hunter Morice Serahkan Bantuan Bola ke SMKN 3 Sumbawa dan PG SLB, Dukung Perkembangan Sepak Bola Daerah

Hunter Morice Serahkan Bantuan Bola ke SMKN 3 Sumbawa dan PG SLB, Dukung Perkembangan Sepak Bola Daerah

September 10, 2025
Begal Bukan Sekadar Kriminal, Tapi Alarm Sosial Sumbawa

Begal Bukan Sekadar Kriminal, Tapi Alarm Sosial Sumbawa

September 9, 2025
Parlemen Rakus di Atas Penderitaan Publik

Parlemen Rakus di Atas Penderitaan Publik

September 6, 2025
STAI NW Samawa Gelar PERAK, Mahasiswa Baru Antusias Ikuti Rangkaian Kegiatan 2-4 September 2025

STAI NW Samawa Gelar PERAK, Mahasiswa Baru Antusias Ikuti Rangkaian Kegiatan 2-4 September 2025

September 3, 2025
GSNI Surabaya Tegaskan Komitmen Gerakan Damai, Tolak Segala Bentuk Provokasi dan Anarkisme

GSNI Surabaya Tegaskan Komitmen Gerakan Damai, Tolak Segala Bentuk Provokasi dan Anarkisme

September 2, 2025
  • Pengelola
  • Pedoman Pemberitaan
Jumat, September 19, 2025
  • Login
Siasat
  • Home
  • Peristiwa
  • Nusantara
  • Ekonomi Bisnis
  • Budaya
No Result
View All Result
Siasat
No Result
View All Result
Home Opini

Monokultur Mematikan: Bima di Ambang Bencana Lingkungan

in Opini, Sosial
0
Monokultur Mematikan: Bima di Ambang Bencana Lingkungan
24
SHARES
268
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

Penulis: Ipa Bahya
Dosen Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pengampu mata kuliah Feminisme, Pengantar Ilmu Sastra, Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia, Sastra Populer, Sejarah Sastra Indonesia, Bahasa Indonesia.
Editor: Sulhamran

Pegunungan di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, kini tidak lagi didominasi oleh hijaunya hutan tropis seperti beberapa dekade lalu. Lereng-lereng yang dulunya menjadi penyangga sistem hidrologi dan rumah bagi keanekaragaman hayati kini telah berubah menjadi ladang jagung dalam skala besar. Perubahan ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan akibat akumulasi dari berbagai faktor: tekanan ekonomi yang tinggi, perubahan pola musim akibat krisis iklim, dan dorongan kebijakan pertanian nasional yang menargetkan jagung sebagai komoditas unggulan. Bagi banyak petani, menanam jagung adalah solusi cepat untuk kebutuhan dapur mereka. Tanaman ini lebih tahan terhadap musim kering, cepat panen, dan memiliki pasar yang jelas. Namun di balik itu, terbentang risiko ekologis yang besar dan cenderung diabaikan oleh berbagai pihak.

RelatedPosts

Wakil Ketua II DPRD Sumbawa Bapak Gitta Liesbano, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sumbawa, Apresiasi Kepedulian Hunter Morice untuk Sepak Bola Daerah

Hunter Morice Serahkan Bantuan Bola ke SMKN 3 Sumbawa dan PG SLB, Dukung Perkembangan Sepak Bola Daerah

Begal Bukan Sekadar Kriminal, Tapi Alarm Sosial Sumbawa

Fenomena alih fungsi lahan dari hutan dan semak belukar ke ladang jagung terjadi nyaris tanpa kontrol yang memadai. Menurut data dari Walhi NTB, lebih dari 70% kawasan hutan di Bima telah rusak akibat ekspansi pertanian jagung. Bahkan di beberapa wilayah, tanaman jagung ditanam hingga ke dalam kawasan hutan lindung dan daerah aliran sungai (DAS) yang seharusnya dijaga ketat. Tidak ada sistem zonasi yang tegas, pengawasan lemah, dan regulasi yang longgar membuat praktik ini terus berlangsung. Celakanya, kerusakan ini tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga sistemik: masyarakat perlahan kehilangan kesadaran akan pentingnya fungsi ekologis hutan, dan menggantinya dengan logika ekonomi jangka pendek yang rapuh.

Kritikan mendalam patut diarahkan pada absennya integrasi antara kebijakan pertanian dengan konservasi lingkungan. Pemerintah daerah dan pusat tampak lebih fokus pada target produksi dan pengiriman komoditas daripada pada keberlanjutan ruang hidup. Perluasan lahan jagung dianggap sebagai indikator keberhasilan pertanian, padahal kenyataannya hal itu justru mempercepat degradasi tanah, menurunkan cadangan air tanah, serta memperbesar risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Belum lagi dampak terhadap keanekaragaman hayati yang sulit dipulihkan jika kerusakan telah meluas. Ironisnya, keuntungan ekonomi dari jagung juga tidak merata; petani kecil kerap terjebak dalam skema pinjaman untuk membeli benih dan pupuk, sedangkan keuntungan besar dinikmati oleh tengkulak dan perusahaan pembeli hasil panen.

Dari sudut pandang ekologi, kerusakan ini mengarah pada keruntuhan fungsi pegunungan sebagai wilayah penyangga kehidupan. Tanah menjadi gersang, mata air mengering, dan debit sungai menurun drastis di musim kemarau. Ketika hujan datang, tanah yang sudah kehilangan vegetasi tidak mampu menyerap air, sehingga air hujan langsung mengalir ke bawah, memicu banjir bandang di wilayah hilir. Hal ini sudah berulang kali terjadi di Kota Bima dan sekitarnya. Tetapi alih-alih menjadikan bencana ini sebagai peringatan, praktik pembukaan lahan terus berlangsung karena dinilai “menguntungkan” dalam jangka pendek. Tidak ada hitungan yang secara serius memperhitungkan kerugian jangka panjang akibat deforestasi massif ini.

Dari sisi sosial, ketergantungan terhadap jagung dalam sistem monokultur juga menciptakan ketidakstabilan. Ketika harga jagung jatuh, atau terjadi gagal panen karena cuaca ekstrem, petani tidak memiliki bantalan ekonomi atau pangan alternatif. Sistem pertanian lokal yang sebelumnya lebih beragam secara perlahan hilang, tergantikan oleh logika produksi tunggal. Ini membuat desa-desa di pegunungan menjadi lebih rentan terhadap krisis, baik ekonomi maupun pangan. Selain itu, generasi muda makin kehilangan keterhubungan dengan tradisi bertani yang selaras dengan alam. Mereka tumbuh dalam lanskap yang mengejar hasil cepat, tetapi miskin keberlanjutan.

Untuk itu, sudah saatnya pemerintah dan masyarakat mengambil langkah korektif yang serius. Pertanian berbasis agroforestri, diversifikasi tanaman, dan reboisasi di kawasan pegunungan harus menjadi prioritas. Program bantuan pertanian pun seharusnya tidak hanya berorientasi pada volume produksi, tetapi juga mengintegrasikan aspek konservasi dan ketahanan jangka panjang. Dibutuhkan keberanian politik untuk membatasi alih fungsi lahan di kawasan sensitif serta mendorong pola tanam yang lebih bijak secara ekologis. Jika tidak, pegunungan Bima akan berubah menjadi gurun tandus yang hanya menyisakan cerita, tentang bagaimana keserakahan dan kelalaian kita hari ini menghancurkan sumber kehidupan untuk generasi esok.

Tags: LingkunganMonokultur
Share10SendShare
Redaksi

Redaksi

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Mahasiwa KKL UNSA Desa Pemasar Adakan Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik

Mahasiwa KKL UNSA Desa Pemasar Adakan Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik

Agustus 1, 2023
Che Guevara: Jika Anda Bergetar dan Geram Setiap Melihat Ketidakadilan, Maka Anda Adalah Kawan Saya

Che Guevara: Jika Anda Bergetar dan Geram Setiap Melihat Ketidakadilan, Maka Anda Adalah Kawan Saya

Agustus 26, 2022
Pilkades Batu Bangka Diminta Pemungutan Suara Ulang, Ada Persoalan Data Pemilih

Pilkades Batu Bangka Diminta Pemungutan Suara Ulang, Ada Persoalan Data Pemilih

November 4, 2022
DPD PSI Pemalang Apresiasi langkah KPK dalam OTT terhadap Sejumlah Pejabat Pemkab Pemalang

DPD PSI Pemalang Apresiasi langkah KPK dalam OTT terhadap Sejumlah Pejabat Pemkab Pemalang

1
Ramaikan Hari Kemerdekaan, Karang Taruna Limbangan Adakan Lomba Layang-layang

Ramaikan Hari Kemerdekaan, Karang Taruna Limbangan Adakan Lomba Layang-layang

1
Wujud Solidaritas, IKA SMANCO galangkan Santunan Muharam Anak Yatim

Wujud Solidaritas, IKA SMANCO galangkan Santunan Muharam Anak Yatim

1
GMNI Mimika Desak Evaluasi Serius Makanan Bergizi Gratis, Menyusul Ratusan Kasus Keracunan di Berbagai Daerah

GMNI Mimika Desak Evaluasi Serius Makanan Bergizi Gratis, Menyusul Ratusan Kasus Keracunan di Berbagai Daerah

September 19, 2025
Warga Tiga Desa di Morowali Utara Sambut Baik Sosialisasi Pra-Produksi PT CMS

Warga Tiga Desa di Morowali Utara Sambut Baik Sosialisasi Pra-Produksi PT CMS

September 19, 2025
Monokultur Mematikan: Bima di Ambang Bencana Lingkungan

Monokultur Mematikan: Bima di Ambang Bencana Lingkungan

September 17, 2025
Siasat

Copyright © 2023 Siasat.ID.

Navigate Site

  • Pengelola
  • Pedoman Pemberitaan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Nusantara
  • Ekonomi Bisnis
  • Budaya

Copyright © 2023 Siasat.ID.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In