oleh Rivaldi Ihsan
Minggu siang, bertepatan tanggal 29 September 2019, cuaca sangat
mendung sekali di wilayah Kota Batam, namun hujan belum turun juga. Saya
pun bergegas menggunakan sepeda motor menuju daerah tiban. Sebab saya
sudah memiliki janji bertemu dengan sahabat lama semasa SMA di AL-Azhar
Batam. Sahabat lama itu, telah menjadi seorang pengusaha pakaian bermerek
seken/bekas yang berdomisili di Tiban III Sekupang Batam, tepatnya di
depan kantor lurah Patam Lestari. Saya tiba di toko Baron’s, sahabat saya itu
pun menyambut langsung menuju kedai kopi The Kepress yang berada di
sekitar tokohnya. Tanpa basa basi kami langsung memesan minuman favorit
di kedai itu yang bernama kopi strong one, sembari menunggu kopi datang,
saya pun memulai untuk bertanya dengan sahabat Baron seputar usaha
pakaian bekas bermerek miliknya.
Pria itu bernama Irfan Hidayat kelahiran 20 Mei 1989 di Selat Panjang
beralamat di Tiban Regency. Baron adalah sapaan akrab dikalangan pemuda
dan pemudi Kota Batam. Perwatakannya mudah bergaul, murah senyum,
senang bercanda dan serius pada waktunya, dan tidak lupa rendah hati
kepada setiap orang yang ia kenal. Pada awalnya hobi seorang Baron ialah
membeli serta mengumpulkan berbagai pakaian seken yang bermerek
seperti flanel, kaos, dan celana jeans untuk dinikmatinya sendiri sejak tahun
2010.
Pada tahun 2010 juga ia aktif bermusik sebagai gitaris bergenre rock
dan metal. Selain itu ia juga aktif mengajar musik pada instrumen gitar
dibeberapa tempat kursus musik. Ia pun makin dikenal dikalangan musisi
Batam ditambah lagi ia selalu aktif mengikuti berbagai pertunjukan musik di
Kota Batam. Eksistensinya pun semakin diakui sebagai salah satu musisi Kota
Batam. Berawal dari sinilah ia memiliki ide untuk berjualan pakaian-pakaian
seken yang bermerek kepada teman-teman musisi dan penikmat musik di
Kota Batam.
Keterkenalan Baron sebagai gitaris dan pemain band Kota Batam
membuat dirinya semakin semangat untuk berjualan pakaian-pakaian
miliknya. Singkat cerita, pakaian Baron terjual laku keras dikalangan pemuda
pemudi Batam, sehingga pada tahun 2012 ia berinisiatif untuk mengunjungi
ke rumah-rumah teman-teman yang lainnya menawarkan produknya. Hasil
manis pun sedang dinikmati Baron saat ini, ia tidak lagi berjuang seperti dulu
saat awal-awal berjualan. Ia sekarang hanya duduk manis menunggu
pelanggan ke toko Baron Thrift Shop yang berada di Tiban III. Baron juga
bercerita omset dari usaha pakaian bekas bisa sekitar delapan sampai
sepuluh juta rupiah hitungan kotor/perbulan.
Namun, dari kesuksesan seorang Baron sebagai pengusaha pakaian
bekas tentu memiliki kisah pahit dan manis. Kisah itu tentu menjadi bumbu-
bumbu dalam perjalanan karirnya untuk konsisten sebagai pengusaha.
Menurut Baron, untuk menjadi seorang pengusaha pakaian bekas
dibutuhkan kesabaran, ketekunan, keuletan, dan kejelian saat berada di
lapangan, terutama pelayanan terhadap pelanggan yang diutamakan.
Baron juga bercerita sedikit pengalamannya selama menjadi penjual
pakaian bekas merek. Mulai dari hunting menuju lokasi pasar Jodoh, dan
pasar Aviari Batu Aji. Hunting merupakan rutinitas wajib ia lalui secara terus
menurus dilakukan selama lima tahun terakhir ini. Rutinitas hunting meliputi
kegiatan mencari dan membeli barang-barang bermerek terkenal,
berkualitas, sesuai kebutuhan pelanggannya.
Dan tidak lupa, dana yang harus disiapkan sesuai dengan kantong si
pelanggan kita ”ujar Baron”. Dari setiap sudut gantungan dan tumpukan
pakaian, baju, celana yang ada di pasar itulah target utamanya. Selama
mencari dan membongkar tumpukan itu membutuhkan waktu sekitar dua
sampai tiga jam. Baron berkata; pada setiap dasarnya pakaian bekas itu
semuanya bermerak, namun ia selalu mencari merek-merek yang terkenal
familiar di telinga pelanggannya. Biasanya merek familiar dan trendy itu yang
paling dicari oleh kalangan pemuda dan pemudi Kota Batam. Baik dari segi
desain dan kualitas pakaian itu. Kepuasan pelanggan selalu diutamakan oleh
Baron supaya pelanggan merasa nyaman dan puas, serta selalu mengunjungi
tokohnya.
Senada dengan pernyataan seorang pelanggan bernama Rizki. Ia
merasa puas setelah membeli dan memakai pakaian bekas bermerek yang
dijual di toko Baron. Kepuasan itu terletak ada berbagai macam pilihan
merek pakaian yang terkenal yang dibutuhkan olehnya, serta memakai
pakaian bermerek untuk kebutuhan sehari-hari menjadi hobinya.
Hobi memakai pakai bermerek itu menjadi suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi agar terlihat trendy di masa kini, salah satunya berbelanja di
toko Baron “ujar Rizki”. Ia juga menyatakan lebih baik membeli pakaian
bekas bermerek dengan harga terjangkau dari pada membeli pakaian baru
tapi palsu harganya mahal pula.
Di sisi lain, menurut Baron yang membuat pakaian bekas selalu
banyak peminatnya ialah dari jenis tampilan desainnya itu. Desain pakaian
itu selalu berkembang dan selalu ada saja yang terbaru hingga saat ini.
Sehingga, Baron pun akhir tepat terus selalu belajar dari media sosial
internet mengenai desain produk pakaian apa yang lagi trendy untuk saat ini
khususnya dikalangan pemuda dan pemudi Batam. Melalui proses
pembelajaran itu yang telah ditekuninya sejak tahun 2009 hingga saat ini.
Tujuannya hanya untuk kepentingan dirinya dan kepuasan pelanggannya.
Banyak para pelanggan mengakui keunggulan toko pakaian bekas
Baron ialah harga terjangkau mulai dari lima puluh ribu hingga seratus ribu
rupiah, selain itu desain dan kualitasnya juga bermutu. Di sisi lain Baron juga
melakukan cara pendekatan emosional kepada pelanggan itu. Pendekakatan
emosional itu, seperti bercerita seputar musik apabila pelanggan itu seorang
pemusik dan penikmat musik. Tujuannya ialah pelanggan nyaman dan betah
saat berada di tokoh Baron’s. Hampir dari sembilan puluh persen pelanggan
toko Baron’s selalu menawar pakaian, ia pun tidak memungkirinya bahwa
seni berjualan itu ialah ketika pada saat terjadi tawa menawar di antara
penjual dan pembeli.
Dari uraian di atas, bahwa masyarakat urban Indonesia lebih percaya
pada pakaian bekas bermerek berkualitas dari luar negeri dari pada produk
dalam negeri sendiri. Fenomena ini sering terjadi di kota-kota besar atau
biasa disebut dengan budaya urban. Salah ciri budaya masyarakat urban
ialah mengadopsi gaya hidup Barat seperti pakaian bekas bermerek kelas
internasional. Sejatinya, pakaian hanya digunakan untuk menutupi dan
melindungi tubuh dari panas dan hujan. Namun, intensitas peran media
massa untuk menghadirkan iklan secara terus menerus di dunia internet dan
dunia televisi dapat mempengaruhi hasrat konsumen untuk segera membeli
merek-merek berkualitas dan trendy masa kini.