Papua Tengah, Siasat ID — Situasi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) kembali melanda wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Sejumlah warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan bensin, baik jenis Pertalite maupun Pertamax, di sejumlah Pertamini dan SPBU.
Awalnya, harga eceran BBM di tingkat masyarakat hanya sekitar Rp 20.000 per botol, namun kini melonjak drastis hingga mencapai Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per botol. Kondisi ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, terutama para pekerja ojek, nelayan, dan warga kecil yang sangat bergantung pada BBM untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Menurut pantauan Bung Owen Tanlain di lapangan, beberapa Pertamini di kawasan SP2 hingga SP5 Mimika tampak kehabisan stok BBM sejak dua hari terakhir. Banyak warga rela mengantri panjang atau bahkan menempuh jarak jauh hanya untuk mendapatkan beberapa liter bensin.
“Kondisi seperti ini sudah sangat meresahkan. Pemerintah harus segera bertindak cepat, jangan tunggu masyarakat makin tertekan,” tegas Bung Owen Tanlain (7/10).
Lebih lanjut, Bung Owen Tanlain menilai bahwa kelangkaan ini bukan sekadar persoalan distribusi, melainkan juga lemahnya pengawasan dari pihak terkait. Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Mimika dan Pertamina wilayah Papua Tengah untuk segera melakukan langkah konkrit guna memastikan stok BBM kembali normal di lapangan.
“Pemerintah tidak boleh tutup mata. Rakyat butuh solusi cepat, bukan janji. BBM adalah kebutuhan vital, bukan barang mewah,” ujar Bung Owen Tanlain menambahkan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pertamina wilayah Papua Tengah terkait penyebab utama kelangkaan BBM di Mimika. Namun masyarakat berharap agar pemerintah daerah bergerak cepat dalam mengatasi problematika kelangkaan BBM ini agar harga kembali stabil dan aktivitas ekonomi masyarakat tidak lumpuh.










