Sumbawa Besar, Siasat ID – Museum Bala Datu Ranga terus berinovasi dalam melestarikan nilai-nilai budaya lokal melalui program publik “Movie at the Museum”, yang dikenal dalam Basa Samawa sebagai “Panto Pelem Pang Museum”. Program ini dirancang untuk menyebarkan semangat keberagaman dan harmoni di Tana Samawa melalui pemutaran film-film yang relevan dengan warisan budaya, baik itu warisan budaya tak benda (WBTB), cagar budaya, maupun museum itu sendiri.
Melalui pendekatan sinematik, “Movie at the Museum” menawarkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Penonton diajak tidak hanya menikmati film, tetapi juga mendengarkan pengalaman dari narasumber, dan berdialog dengan sesama penonton. Film-film yang diputar, baik fiksi maupun dokumenter, telah melalui proses seleksi ketat dengan mempertimbangkan nilai edukasi yang sesuai dengan konteks budaya lokal Sumbawa.
Pada edisi keempatnya (19/7/2025), “Movie at the Museum” secara khusus mengangkat tema “Keberagaman di Tana Samawa”. Tema ini diwakili oleh pemutaran dua film pendek karya pelajar Sumbawa, yaitu “The Difference” karya Putri Intan Frescillya Aqsha dan “Harmoni Bertetangga” karya Dewa Ayu Febyanti. Kedua film ini bukan sembarang karya, melainkan pemenang dalam Kompetisi Film Pelajar pada ajang Festival Film Sumbawa 2019: Warna Keberagaman Sumbawa.
Yuli Andari Merdikaningtyas, Kepala Museum Bala Datu Ranga sekaligus produser kedua film tersebut, menjelaskan alasan di balik pemilihan ini. “Kedua film yang menjadi pilihan programmer Movie at the Museum atau Panto Pelem Pang Museum ini merupakan film pelajar SMKN 1 Sumbawa dan SMAN 2 Sumbawa yang berhasil menjadi Juara 1 dan Juara Favorit Festival Film Sumbawa 2019. Kedua film ini dipilih karena memiliki ide cerita yang orisinal dan cara bertutur melalui film yang unik,” tutur Yuli dalam pidato sambutannya.
Lebih lanjut, Yuli Andari menjelaskan bahwa pemutaran kedua film ini membawa pesan yang kuat dalam mempromosikan keberagaman budaya dan sikap saling menghormati perbedaan antaretnis dalam menjalani kehidupan di Tana Samawa.

Seusai pemutaran film, suasana diskusi yang interaktif terjalin untuk membahas isu keberagaman di Sumbawa. Sesi ini dipandu oleh Nurhadi Ihwani, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), bersama I Made Suarya SP, pengurus Forum Komunikasi Lintas Etnis (FKLE) di Kabupaten Sumbawa. Beberapa pegiat FKLE lainnya juga turut hadir dan aktif mengikuti sesi diskusi hingga selesai, semakin menguatkan pesan serta nasihat tentang pentingnya keberagaman.
Dalam diskusi, disampaikan bahwa keberagaman di Sumbawa adalah rahmat yang harus disyukuri bersama. Munculnya gesekan-gesekan kecil yang seringkali berubah menjadi konflik perlu disikapi dengan tepat, salah satunya dengan terus menyadarkan masyarakat, terutama generasi muda, dan terus menjalin komunikasi lintas etnis secara intens. Kolaborasi dengan pemerintah daerah, aparat keamanan, dan tokoh-tokoh masyarakat juga sangat penting untuk menjaga keberagaman dan harmoni di Tana Samawa.
“Movie at the Museum” diharapkan dapat terus menjadi platform edukasi yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan persatuan di tengah masyarakat Sumbawa.
